Thursday, January 6, 2011

Imam Syafi'i Berangkat Ke Iraq

 

Dimusim Haji ramai Muslimin datang ke Madinah untuk menziarahi maqam Rasulallah s.a.w.Demi hormat dan kecintaan mereka kepada Rasulallah s.a.w.Mereka yang datang itu dari banyak tempat,terutama dari Mesir dan Iraq.Selesai menziarahi maqam Nabi s.a.w,mereka juga menziarahi Imam Malik,dan meminta supaya kepada mereka diajarkan Kitab Muattha.Imam Malik menyuruh Imam Syafi'i supaya membacakan kitab tersebut untuk orang ramai yang menghadiri Majlis Ta'lim Imam Malik. Sudah tentu dengan senang hati Imam Syafi'i membacakan kitab tersebut yang telah dihapalnya keseluruhan isi kitab al-Muaatha.Jamaah yang hadir sungguh kagum melihat kelancaran pembacaan kitab Muaatha,yang dibaca oleh Imam Malik.Hal ini dengan mudah dilakukan oleh Imam Syaf'i disebabkan beliau telah menghapal seluruh isi kitab tersebut.

Selesai majlis Ilmu itu,Imam Syafi'i pergi menziarahi rombongan yang datang ketempat itu.Ketika beliau menziarahi rombongan dari Iraq Imam Syafi'i melihat seorang pemuda Iraq sedang menunaikan sholat.Selesai pemuda itu menunaikan sholat,lalu ia didekati oleh Imam Syafi'i,dan beliau ingin berkenalan dengan tamu muda itu.Imam Syafi'i bertanya kepada pemuda itu siapakah Ulama yang paling terkenal dalam hal Ilmu al-Quran dan Sunnah di Iraq.Pemuda itu menjawab,bahwa ketika itu Ulama yang paling terkenal dalam Ilmu al-Quran dan Sunnah ialah Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan.Kedua Ulama yang paling terkenal itu adalah murid dari Imam Abu Hanifah.Imam Syafi'i sangat tertarik dan ingin menambah Ilmu Pengetahuannya kepada kedua-kedua orang Alim itu.Imam Syafi'i bertanya bila pemuda Iraq itu akan berangkat kembali ke Iraq.Pemuda itu menjawab bahwa ia akan berangkat keesokan harinya.Imam Syafi'i bergegas pulang menemui gurunya Imam Malik dan menceritakan keinginannya ingin menambah Ilmu Pengetahuan,terutama berkenaan al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w,yang telah menjadi cita-citanya dari sejak semula.

Mendengar hasrat hati Imam Syafi'i,maka Imam Malik bersetuju dan mendo'akan semoga segala hajat Imam Syafi'i dalam cita-citanya menambah Ilmu Pengetahuan dari kedua Ulama Agung itu semoga dikabulkan oleh Allah s.w.t.Imam Malik sendiri ikut mengantarkan Imam Syafi'i hingga ke Baqi'.Suatu hal yang memeranjatkan Imam Syafi'i,dimana Imam Malik telah menyediakan unta untuk kenderaan dalam perjalanan Imam Syafi'i menuju Kufah Ibu kota Iraq.Disamping itu Imam Malik memberikan kepada Imam Syafi'i uang sebanyak lima puluh Dinar.Imam Syafi'i merasa heran darimana Imam Malik memperoleh uang tersebut.Setahu Imam Syafi'i Imam Malik ketika itu tidak punya uang sebanyak itu.Lalu Imam malik menceritakan kepada Imam Syafi'i bahwa malam itu ada seorang yang bernama Qasim menziarahi Imam Malik dan menghadiahkan kepada beliau uang seratus dinar,dan memohon supaya Imam Malik sudi menerima hadiah tersebut.Oleh Imam Malik uang seratus dinar itu dibagi dua,sebanyak lima puluh dinar diperuntukkan untuk keperluan Imam Syafi'i.Mulanya Imam Syafi'i menolak hadiah uang itu.Beliau tak sampai hati menerima pemberian dari gurunya,dan meminta supaya Imam Malik menyimpan uang tersebut untuk keperluan Imam Malik.Meskipun demikian Imam malik tetap mendesak supaya uang tersebut supaya diterima oleh Imam Syafi'i.

Imam Syafi'i mengucapkan terimakasih kepada Gurunya,karena pertolongan yang sangat berharga didalam perjalanan. Imam Malik mendo'akan semoga cita-cita Imam Syafi'i untuk menambah Ilmu Pengetahuan,dikabulkan oleh Allah s.w.t. Imam Malik tidak berganjak dari tempatnya sambil memperhatikan keberangkatan Imam Syafi'i sehingga kafilah Imam Syafi'i hilang dari pandangan matanya.Disini dapatlah kita menarik pelajaran,betapa gigihnya Imam Syafi'i dalam usahanya untuk menambah Ilmu Pengetahuan meskipun terpaksa menempuh perjalanan yang jauh.Juga betapa mesranya hubungan murid dan gurunya,yang saling bantu membantu dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.

-Ustaz Syed Hasan Alatas-

[tweetmeme only_single="false"]