Adalah diriwayatkan, Khidir ketika akan berpisah dengan Nabi Musa a.s. telah memberi nasihat:
"Ya Musa, janganlah banyakkan percakapan, dan janganlah berjalan tanpa kepentingan dan jangan tertawa tanpa sesuatu yang mentertawakan. Dan janganlah menempelak orang yang salah dengan dosa kesalahannya, dan menangislah atas dosa-dosamu sendiri wahai putera Imran."
Pesanan khidir itu begitu besar maknanya dalam usaha kita memperbaiki akhlak dan tingkah laku kita sehari-hari. Sudah menjadi tabiat kebanyakan manusia ialah suka bercakap dan beromong kosong. Padahal percakapan itu tidak memberi apa-apa kebaikan kepada dirinya dan kepada yang mendengarnya. Malah mungkin setelah terlajak cakap, dosa pula yang akan didapatinya.
Manusia juga gemar tertawa dan amat senang membuat orang tertawa. sedangkan ketawa tergelak-gelak itu adalah makruh. Baginda s.a.w. tidak tertawa melainkan tersenyum simpul.
Abdul Laits Assarmarqandi mengatakan, seharusnya bagi orang yang sihat akal ialah jangan tergelak berdekah-dekah, sebab banyak yang tergelak didunia akan banyak menangis diakhirat kelak.
Hasan Al-Basri menasihatkan kita: "Aku merasa sungguh ajaib bila melihat seorang dapat tertawa padahal dibelakangnya ada api neraka, dan orang yang bersuka-suka sedang dibelakangnya maut menerkam."
Seterusnya ahli sufi terkenal ini pernah menegur seorang pemuda yang sedang tertawa. "Wahai anak muda, apakah kamu telah menyeberangi titian sirath?Pemuda itu menjawab: Belum, hassan bertanya, apakah pasti engkau akan masuk syurga atau neraka? Pemuda itu jawab: Belum. Lalu kata hassan, jadi Kenapa engkau tertawa sedemikian rupa.
Rupanya pemuda itu akan mendapat hidayah dari kata-kata Hassan Basri. Diikutinya kata-kata ahli sufi itu dan bertaubatlah dia dari perangai yang sia-sia itu.
Berwaspadalah kita dari sikap suka tertawa dan mentertawakan orang. Jauhkanlah diri kita bersikap seperti ahli komedi. Dengarkanlah pesanan Ibnu Abbas .a. yang berkata: "Siapa yang tertawa ketika berbuat dosa maka ia akan menangis ketika akan masuk neraka."
Abul Laits menyatakan pula, orang yang lebih banyak tertawa didunia merekalah yang lebih banyak menangis didunia mereka yang akan banyak tertawa disyurga.
kerana itu janganlah kita mengambil sikap 'berloyar buruk' dengan kata-kata nasihat alim ulama. Marilah kita melakukan sesuatu yang memberi faedah kepada kita baik didunia dan akhirat juga.
Mengakhiri catatan kali ini, sama-samalah kita berkongsi kefahaman dengan apa yang dipesan oleh Ibrahim Annakha'i:
"Adakalanya seorang melepaskan satu kalimat untuk mentertawakan orang-orang disekitarnya,Allah murka kepadanya lalu murka Allah itu merata kepada orang-orang yang disekitarnya.Dan adakalanya seorang berkata kalimat yang diredhai Allah,maka ia mendapat rahmat dan rahmat Allah itu merata kepada orang-orang yang disekitarnya.
Wallahualam.