Wednesday, June 8, 2011

Cara Mendapatkan Jodoh (I): Mengusulkan kepada Orang Tua

 

Salah seorang di antara kedua wanita itu berkata, 'Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (kepada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik engkau ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Al-Qashash: 26).

Ayat di atas mengisahkan dua puteri Nabi Syuaib yang ditolong Musa ketika memberi minum ternakannya di sebuah telaga. Telaga tersebut ketika itu dipenuhi penggembala2 lelaki yang sibuk memberi minum. Setelah menerima pertolongan Musa, salah seorang puteri Nabi Syuaib mendapat kesan mendalam terhadapnya. Setiba di hadapan ayahnya dia menceritakan kejadian tersebut. Nabi Syuaib lalu meminta agar lelaki yang menolongnya itu dipanggil. Setelah Musa menghadap Nabi Syuaib, salah seorang puterinya memberi cadangan agar ayahnya memberi pekerjaan pada pemuda itu kerana dia seorang yang kuat dan jujur..

Nabi Syuaib memahami keinginan puterinya yang tersembunyi di balik cadangannya. Sebagai seorang ayah yang bijaksana dan halus dalam memahami perasaan puterinya, Nabi Syuaib bersetuju dengan cadangan itu. Beliau kemudian menawarkan kepada Musa untuk bekerja di tempatnya dengan syarat dinikahkan dengan puterinya itu.Akhirnya Musa menyetujui tawaran Nabi Syuaib untuk bekerja selama lapan tahun dan sesudah itu dia akan menjadi suami puteri Nabi Syuaib yang terpaut padanya.

Langkah yang ditempuh puteri Nabi Syuaib ini merupakan langkah tepat untuk berkompromi dengan orang tuanya. Dengan langkah tersebut, keinginannya untuk mendapatkan lelaki idamannya terpenuhi dan kehendak orang tua juga terlaksana kerana calon yang diajukannya benar-benar sesuai dengan persyaratan agama.

Masyarakat dan syariat Islam memandang bahwa mengusulkan jodoh kepada orang tua sebagaimana yang dilakukan puteri Nabi Syuaib bukanlah langkah tercela. Langkah ini telah ditempuhi oleh keluarga terhormat (keluarga Nabi Syuaib) sebagaimana diuraikan oleh Allah di dalam Alquran. Hal ini dimaksudkan memberi pelajaran bagi umat Islam bahwa mereka dapat menempuh langkah ini untuk mendapatkan jodoh. Anak perempuan yang menginginkan seorang lelaki dapat mengusulkan kepada orang tuanya agar meminta lelaki yang berkenaan menjadi suaminya. Demikian halnya anak lelaki, dia boleh mengusulkan calon isteri kepada orang tuanya.

Langkah mengusulkan jodoh kepada orang tua mencerminkan bahwa seorang anak tetap menghargai turut campurnya orang tua dalam memilihkan jodoh untuk dirinya. Langkah ini mengisyaratkan adanya hak anak untuk menentukan calon suami atau calon isterinya tanpa mengenepikan orang tua. Dengan langkah ini, titik temu antara kepentingan orang tua dan anak dalam memilih jodoh dapat diperoleh. Adanya kemerdekaan atau kebebasan anak dan orang tua dalam menyatakan keinginan dan pendapatnya menghasilkan kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Hal ini memberi pelajaran kepada segenap orang tua muslim bahawa pendapat dan penilaian putera-puterinya dalam memilih jodoh harus dihargai.

Dalam mengusulkan jodoh kepada orang tuanya, anak harus memiliki persamaan pedoman dengan orang tua agar tercapai keinginannya. Keduanya harus ikhlas dan memiliki kesungguhan untuk mematuhi ketentuan agama untuk menghindari munculnya perselisihan yang menimbulkan permusuhan antara orang tua dan anak dalam usaha mendapatkan jodoh.

Sebaliknya, terhadap calon yang diusulkan anaknya, orang tua hendaklah melakukan pengenalan dan penelitian tentang akhlak dan tahap keislamannya. Bila calon yang diajukan memenuhi syarat yang digariskan agama, tidak ada alasan bagi mereka untuk mempersulitkan atau menolaknya.

Ringkasnya, perempuan atau lelaki, yang tidak ingin terjadinya konflik dengan orang tuanya saat memilih jodoh, dapat menempuh langkah seperti yang dilakukan oleh puteri Nabi Syuaib. insyaAllah

[tweetmeme only_single="false"]