Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ishaq bin Manshur berkata: Ketika Khidir akan berpisah dengan Nabi Musa a.s. maka berkata Nabi Musa a.s.:
“Berilah nasihat kepadaku.”
Khidir berkata: “Ya Musa, jangan banyak bicara dan jangan berjalan tanpa kepentingan dan janganlah tertawa tanpa sesuatu yang mentertawakan dan jangan menempelak orang yang salah dengan dosa kesalahannya dan menangislah atas dosa-dosamu sendiri, hai putera Imran.”
Jaafar bin Auf dari Mas’ud dari Auf bin Abdullah berkata:
“Biasa Nabi Muhammad SAW tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya. (Yakni tidak suka melerek).”
Hadis ini menunjukkan bahawa senyum itu sunat dan tertawa bergelak-gelak itu makruh. Maka seharusnya orang yang sihat akal jangan gelak-gelak tertawa sebab banyak yang bergelak di dunia bererti akanbanyak menangis di akhirat. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Hendaklah kamu sedikit ketawa dan banyak menangis setelah menerima pembalasan dari amal perbuatan mereka.”
Al-Hasan Basri berkata:
“Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa pada hal di belakangnya ada Api Neraka dan orang yang bersuka-suka sedang di belakangnya maut.”
Al-Hasan Basri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa , lalu ditanya:
“Hai anak muda, apakah engkau sudah menyeberang Shirath?”
Jawabnya: “Belum.”
“Lalu kerana apa engkau tertawa sedemikian itu?”
Maka sejak itu pemuda itu tidak tertawa lagi. Nasihat Hasan meresap benar dalam hatinya sehingga ia bertaubat daripada tertawa.